Jaman Sekarang vs Jaman Dulu | Perbedaan Gaya Hidup Keluarga

Suatu hari saya mendengarkan ceramah Subuh yang sangat menginspirasi bagi saya. Sang ustadz menjelaskan perbedaan jaman sekaramg vs jaman dulu. Gaya hidup keluarga jaman dulu  vs dan keluarga jaman sekarang.

Keluarga Jaman dulu

Orangtua kita jaman dulu hidup sebagai seorang petani atau nelayan. Kehidupan mereka sederhana. Anaknya banyak rata-rata lima atau lebih. Bahkan ada yang sampai sembilan anak. Rumah mereka besar dan luas. Dapurnya saja seperti gudang. Cukup seluruh keluarga makan bareng-bareng.

Kalau ada tamu yang banyak, mereka bahagia. Rumah mereka cukup untuk menampung semua untuk menginap. Anak-anak mereka bisa sekolah bahkan ada yang kuliah dengan segala keterbatasan hidup mereka. Mereka tidak kebingungan dengan banyak anak. Biasa saja. Dalam keyakinan mereka, setiap anak membawa rezekinya masing-masing. Menurut mereka rezeki akan menjadi lancar ketika anak-anak mereka menuntut ilmu. Tawakkalnya kepada Allah Swt. sangat tinggi.

Kesabaran mereka luar biasa. Mereka mampu menahan segala keinginan untuk tidak terjatuh dalam lilitan utang. Bagi mereka mempunyai utang itu sesuatu yang berat. Betul-betul seperti jerat tali di leher. Karenanya mereka sangat berhati-hati untuk utang. Kalau tidak betul-betul mendesak, tidak akan berutang.

Mereka tidak akan berutang kalau hanya ingin memenuhi keinginan. Mereka akan berutang jika betul-betul dibutuhkan dan sangat mendesak. Kalau masih ada yang bisa dijual, mereka akan menjual apa yang mereka miliki untuk memenuhi kebutuhan mereka. Contohnya, menjual hewan piaraan mereka untuk biaya sekolah atau kuliah anak.

Orangtua kita dulu punya kesabaran yang tinggi. Mereka hanya membeli barang yang dibutuhkan bukan yang diinginkan. Itupun kalau ada uang saat panen. Kalau panen mereka tidak cukup, maka mereka akan menunggu di tahun berikutnya. Mereka menahan diri untuk tidak terjatuh dalam lilitan utang. Apa lagi utang riba.

Keluarga Jaman Sekarang

Orangtua sekarang rata-rata lulusan sarjana. Penghidupan mereka lebih baik dari keluarga zaman dulu. Namun anak mereka sedikit, rata-rata dua saja. Kenapa? Karena mereka cerdas, mereka berhitung dengan penghasilan mereka. cukup tidak untuk membiayai pendidikan anak mereka? Pendidikan bagi keluarga zaman sekarang sesuatu yang menakutkan untuk mempunyai anak banyak. Setelah dihitung ternyata hanya cukup untuk dua orang anak saja. Akhirnya mereka memutuskan hanya punya dua anak.

Rumah keluarga yang lulusan sarjana ini rata-rata kecil. Dua kamar tidur dan satu ruang tamu penuh kursi meja. Bingung kalau ada tamu tiga orang atau lebih, akan menginap dimana? Hidupnya selalu diimpit oleh utang karena kebanyakan kredit. Tawakkalnya kepada Allah Swt. berkurang karena hanya mengandalkan akal pikiran mereka. Mereka tidak sabaran untuk memiliki sesuatu. Maka jatuhlah kepada kredit ini, kredit itu dan hidupnya selalu dililit utang. Gajinya habis untuk memikirkan utang setiap bulannya selama puluhan tahun.

Orangtua sekarang penghasilannya banyak. Namun mereka termakan oleh gaya hidup modern. Harus punya ini punya itu. Walaupun sebenarnya belum dibutuhkan. Akhirnya mereka membeli segala sesuatunya dengan cara kredit. Hidupnya berputar untuk membayar utang. Tidak ada lagi kebahagiaan keluarga. Karena setiap bulan bingung bagaimana cara mencicil utang. Belanja seret dan sering cekcok suami istri.

Istri zaman sekarang hobi berbelanja. Matanya silau kalau melihat diskon. Niat awal pergi ke toko swalayan hanya ingin beli minyak goreng. Baru masuk pintu sudah disambut promo dan diskon khusus hari ini. Lalu dia borong diskon, banyak barang dibeli. Sesampainya dirumah, dia baru ingat ternyata lupa beli minyak goreng.

Berbelanja menjadi gaya hidup, bukan lagi kebutuhan. Kalau punya uang, belanjanya ke pasar swalayan. Tapi kalau uang menipis atau bahkan tidak punya uang, belanjanya ke warung tetangga. Utang. Gaya hidup inilah yang membuat retak hubungan bermasyarakat.

Gaya hidup modern ini berdampak kurang baik. Karena setiap hari keluarga dicekoki rayuan iklan di televisi dan media sosial. Di rumahnya banyak barang yang tidak bermanfaat hanya menjadi pajangan. Entah itu sepatu, tas sampai mobil dan lain sebagainya.

Barang nganggur itu adalah barang mubazir. Dan mubazir Itu adalah saudaranya syetan. Jadi kita sedang menjaga banyak saudaranya syetan di rumah kita. Itu juga barangkali yang membuat rumah kita kurang harmonis. Kurang berkah.

Karena itu sebaiknya barang-barang nganggur itu dipikirkan kembali agar menjadi bermanfaat. Entah itu dipinjamkan ke tetangga yang membutuhkan atau bahkan disedekahkan agar terus mengalir menjadi ladang pahala kita. Bukan menjadi penguras pahala.

Kenapa kita tidak bisa bersabar untuk memiliki sesuatu? Setidaknya kalau memang tidak punya uang untuk membelinya, ya bersabar. Cuma sebentar kok paling lama 60 tahun. Ya, bersabar seumur hidup kita Itu artinya 60 tahun tanpa lilitan utang riba. Keluarga akan lebih bahagia. Lebih barakah hidupnya. Dan setelah 60 tahun  kesabaran kita  dibalas oleh Allah dengan surganya.

Baca Juga :