7 Raja Arab Saudi Beserta Jejak Warisan hingga Kontroversinya

Contents

Jakarta, Kerajaan Arab Saudi pertama kali dipimpin oleh Raja Abdul Aziz pada tahun 1932. Saat itu, Raja Abdul Aziz Al Saud membawa Saudi kembali ke pelukannya usai sempat direbut keturunan Al Rashid bersama kroninya dari tangan Abdulrahman, sang ayah.
Perjuangan Abdul Aziz mengambil alih Saudi pun cukup rumit. Ia mulanya merebut Riyadh dengan melakukan pawai malam bersama 40 pengikutnya. Ia lalu merebut semua Hijaz termasuk Mekah dan Madinah pada 1924 hingga 1925.

Pada 23 September 1932, ia pun menamai negara yang berhasil direbut itu sebagai Kerajaan Arab Saudi. Dia jadi raja pertama dan mewariskan takhta kepada saudara-saudaranya.

Berikut daftar raja-raja Saudi beserta pencapaian hingga kontroversinya.

Baca Juga : Manfaat Olahraga 5 Menit per Hari, demi Cegah Kenaikan Berat Badan

1. Raja Abdul Aziz (1932-1953)

Raja Abdul Aziz merupakan raja pertama Kerajaan Arab Saudi yang memerintah pada 1932 hingga 1953. Dia adalah pemimpin legendaris yang pertama kali membawa Saudi menuju modernisasi.

Selama pemerintahannya, Raja Abdul Aziz membangun infrastruktur negara, mulai dari jalan, sistem komunikasi, teknologi, pendidikan, perawatan kesehatan, hingga pertanian.

2. Raja Saud bin Abdul Aziz (1953-1964)

Raja Saud bin Abdul Aziz naik takhta usai Raja Abdul Aziz wafat pada 1953. Ia merupakan putra sulung Abdul Aziz.

Raja Saud membentuk Dewan Menteri dan mendirikan Kementerian Kesehatan, Pendidikan, dan Perdagangan saat memerintah. Di bawah kepemimpinannya, pendidikan di Saudi dapat dikatakan cukup berkembang.

Banyak sekolah didirikan, termasuk institut pendidikan tinggi pertama, Universitas Raja Saud.

Raja Saud juga dikenal sebagai raja yang melakukan lawatan global. Pada 1957, dia jadi raja Saudi pertama yang mengunjungi Amerika Serikat.

3. Raja Faisal bin Abdul Aziz (1964-1975)

Raja Faisal bin Abdul Aziz merupakan inovator visioner yang sangat menghormati tradisi. Dia raja pertama yang memprakarsai rencana pembangunan ekonomi dan sosial yang mengubah infrastruktur Saudi terutama industri.

4. Raja Khalid bin Abdul Aziz (1975-1982)

Raja Khalid bin Abdul Aziz menggantikan Raja Faisal pada 1975. Di tangannya, pertumbuhan infrastruktur Saudi melonjak. Itu merupakan periode kemakmuran yang sangat besar bagi Saudi.
Raja Khalid juga merupakan penggerak utama pembentukan Dewan Kerjasama Teluk (GCC) pada 1981. Organisasi itu mempromosikan kerja sama ekonomi dan keamanan di antara enam negara anggotanya, yakni Bahrain, Kuwait, Oman, Qatar, Uni Emirat Arab, dan Arab Saudi.

5. Raja Fahd bin Abdul Aziz (1982-2005)

Di bawah Raja Fahd, Arab Saudi melanjutkan pembangunan sosial ekonomi yang luar biasa dan menjadi kekuatan politik ekonomi terkemuka pada masanya.

Raja Fahd adalah pusat upaya Saudi mendiversifikasi ekonomi dan mempromosikan perusahaan swasta dan investasi. Salah satu pencapaian terbesarnya ialah serangkaian proyek untuk memperluas fasilitas kerajaan untuk menampung jutaan jemaah haji yang datang ke Saudi setiap tahun.

6. Raja Abdullah bin Abdul Aziz (2005-2015)

Raja Abdullah bin Abdul Aziz merupakan raja yang mendapat reputasi sebagai reformis. Di bawah Abdullah, Arab Saudi terbagi menjadi beberapa wilayah kekuasaan dengan masing-masing pangeran senior berusaha memimpin dan saling jegal.

Jejak Konflik Keluarga Kerajaan Saudi hingga Era Raja Salman-MbS
Ia pun membentuk Dewan Kesetiaan pada 2006. Dewan itu berfungsi memfasilitasi perpindahan raja di masa depan.

Pada zamannya pula, Arab Saudi amburadul. Kerajaan dilanda pengangguran, perpecahan, korupsi, terorisme, dan masalah-masalah sosial ekonomi lainnya.

7. Raja Salman bin Abdul Aziz (2015-sekarang)

Raja Salman memerintah setelah Raja Abdullah wafat pada 23 Januari 2015. Dia merupakan salah satu dari “Tujuh Sudairi”, istilah yang merujuk pada tujuh putra yang lahir dari satu istri paling disayangi mendiang Raja Abdul Aziz, yakni Hussa binti Ahmad Sudairi.

Raja Salman juga orang pertama yang memecat putra mahkota dalam sejarah Kerajaan Saudi. Dia memecat keponakannya, Mohammed bin Nayef, dari posisi penerus takhta dan menggantinya dengan Mohammed bin Salman (MbS), anaknya.

Kini, selain dipimpin Raja Salman, Saudi juga berada di bawah kepemimpinan de facto Putra Mahkota MbS yang sudah menangkap lebih dari 20 anggota keluarganya sendiri demi mengkonsolidasi kuasanya.