Hindari Efek Resesi, Pengamat Sarankan Pengusaha Tak Terlalu Cepat Ambil Untung

Tendaku – Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal menyarankan agar pebisnis sedapat mungkin memaksimalkan pasar domestik untuk menghadapi ancaman resesi 2023. Sebab, struktur perekonomian domestik relatif kuat menahan tekanan krisis ekonomi tahun depan.

“Bisnis yang mengandalkan eksporlah justru akan terpengaruh oleh tekanan ekonomi global,” kata Faisal saat dihubungi pada Ahad, 16 Oktober 2022.

Namun, menurut Faisal, langkah itu perlu dibarengi dengan strategi mempertahankan volume penjualan. Salah satunya dengan cara tidak terlalu cepat mengambil untung.

“Yang penting bisnis bisa survive walaupun margin-nya itu tipis,” kata Faisal.

Kuatnya pasar domestik diiringi dengan bursa tenaga kerja di Indonesia yang masih tahan terhadap guncangan. Faisal menilai pasar tenaga kerja di Tanah Air jauh lebih fleksibel dan dinamis.

Musababnya, perusahaan maupun pencari kerja tidak hanya akan mencari opsi pekerjaan penuh waktu (fulltime), tetapi juga paruh waktu (partime). Apalagi pasca-pandemi Covid-19, perusahaan dan pekerja telah terbiasa dengan ritme yang serba digital.

“Menjadi lebih dinamis, terutama bagi kaum muda yang baru masuk ke pasar kerja,” tuturnya.

Sementara itu, Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira memperkirakan sejumlah sektor usaha akan mampu bertahan di tengah resesi 2023. Sektor pertama adalah usaha kosmetik atau perawatan tubuh.

“Ada kecenderungan bahkan pada saat krisis pandemi terjadi booming skincare, saat ini tren itu masih terjadi ditambah mobilitas sudah mulai longgar,” ujarnya saat dihubungi Tendaku, Rabu, 12 Oktober lalu.

Meski di tengah resesi, kata dia, masyarakat masih akan memperhatikan penampilan. Sektor pendukung informasi dan komunikasi, seperti data center, artificial intelligence (AI), dan cloud computing pun diperkirakan akan dapat tahan menghadapi resesi.

Menurut dia, sektor tersebut tetap bertahan kendati tengah terjadi musim dingin perusahaan rintisan atau startup. Sebab, arah digitalisasi ke depan adalah mempercepat adaptasi perusahaan tradisional dengan dukungan sistem digital.

Kemudian, sektor yang akan bertahan adalah usaha konsultasi atau perencana keuangan, khususnya konsultan pengatur keuangan rumah tangga selama resesi. Usaha konsultasi psikologis atau mental health juga diprediksi menguat lantaran akan banyak pekerja yang mengalami stres akibat tekanan pekerjaan dan korban pemutusan hubungan kerja (PHK).

Terakhir, sektor makanan dan minuman atau FnB (food and beverage). Sektor itu dinilai resisten terhadap ancaman resesi karena berkaitan dengan kebutuhan dasar. Tetapi FnB yang berbasis panganan lokal, menurutnya, dapat lebih bertahan dibanding makanan yang konten bahan baku impornya besar. Musababnya, resesi bisa membuat pasokan komoditas impor terhambat.